Mengapa Virus dibuat?
Pertanyaan
ini terdengar lucu. Tapi hampir semua orang menanyakan hal yang sama.
Seperti pertanyaan mengapa ada koruptor? Jawabannya pun terdengar lucu
juga. Ini dunia dimana tidak semua orang memiliki hati yang selalu
baik.Tapi setidaknya, penulis menemukan ada beberapa motif yang
mendorong terjadinya pembuatan virus. Antara lain;
- Pembuktian diri
Ketika
seseorang yang dianggap jenius, tapi tidak diberdayakan. Kira-kira apa
yang bakal terjadi? Jawabannya orang itu pasti menjadi oposisi, broker,
kritikus, dan lain-lain. Begitupun dalam dunia programming. Para ahli
programming yang tidak—atau kurang merasa—dihargai, akan menunjukkan
karya-karya yang negatif. Modal dasar para pembuat virus (virus maker)
adalah menguasai sistem operasi dan bahasa pemrograman (programmer).
Tentunya, mereka sangat mengetahui cara membasmi hasil karyanya.
- Media aspirasi politik
Dalam film dokumenter “Hacker Outlaw and Angle”
digambarkan bahwa munculnya virus dahsyat code red karena tujuan
politis. Waktu itu pesawat terbang mata-mata Amerika menabrak pesat
tempur China. Para hacker China marah. Dengan worm code red, mereka
menghimpun kekuatan untuk menyerang pusat sistem informasi Amerika di
Pentagon. Tak terkeculi sistem pemerintahan, layanan fasilitas umum
seperti bandara, rumah sakit dan Mall di sekitar Pentagon ikut lumpuh.
- Mengutarakan aspirasi
Kampanye
anti-korupsi dilancarkan virus Brontok. Virus ini sempat menduduki No.1
di Asia tenggara selama beberapa minggu (versi Vaksin.com). Nama Virus
Brontok diambil dari spesies “Elang Brontok” yang hampir musnah dari
habitatnya. Majalah PC-Media mampu menumpas aksi penyebaran Brontok.
Langkah kongkritnya, PC-Media membuat anti virus yang sekarang dikenal
dengan PC-MAV. Hingga artikel ini ditulis, PC-Media sudah dibuat hingga
seri PC-MAV 1.9.Selain virus Brontok dengan kampanye-nya, ada juga virus
maker yang meluapkan aspirasi dalam bentuk lain. Misalnya aspirasi
kegagalan cinta atau kerinduan kepada pujaan hati. Contoh virus-virus
ini dapat dilihat dari namanya. Sebut saja; virus Zulanik (demi Allah
Zul mencintai Anik), virus Redlof (Red Love), virus Kangen (tidak ada
kaitannya dengan KangenBand).
- Sekedar iseng
Berangkat
dari nilai-nilai empirik, bahwa membuat virus adalah hal yang paling
menyenangkan. Dimana kejeniusan dapat menindas kebodohan. Dengan motto
“Knowledge is Power”, dengan isengnya para virus maker menyebarkan
karyanya di fasilitas publik. Tentu saja, tempat ujicoba yang paling
tepat adalah warnet.
Mungkin masih terlintas di benak Anda, peristiwa kerusuhan pada pergantian presiden Sukarno dan Suharto. Terjadinya kerusuhan itu memang sangat politis. Tapi yang menarik bagaimana massa bisa sangat brutal melakukan penjarahan massal? Tentu saja karena motif “perut lapar” yang tidak terkontrol. Dapat disimpulkan kejahatan muncul karena “urusan perut”.Tapi di belahan dunia lain, kejahatan internet (cyber crime) muncul bukan karena urusan perut yang lapar. Cuma karena iseng saja. Para cracker, virus maker dan carder bukanlah orang “gembel” yang kelaparan. Mereka suka tantangan yang baru.Menurut Sutanto, tindakan pembuatan virus yang merupakan bagian dari cyber crime, dilakukan oleh usia remaja yang masih produktif. Dalam bukunya yang berjudul “Cyber Crime”, Sutanto menegaskan bahwa kultur (lingkungan) mereka juga sangat jauh dari budaya anak jalanan. Jarang terlibat kenakalan remaja, berasal dari keluarga baik-baik dan terhormat, serta memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Apakah motif kenakalan mereka karena karena ekonomi atau finansial? Pasti jawabannya tidak.
Mungkin masih terlintas di benak Anda, peristiwa kerusuhan pada pergantian presiden Sukarno dan Suharto. Terjadinya kerusuhan itu memang sangat politis. Tapi yang menarik bagaimana massa bisa sangat brutal melakukan penjarahan massal? Tentu saja karena motif “perut lapar” yang tidak terkontrol. Dapat disimpulkan kejahatan muncul karena “urusan perut”.Tapi di belahan dunia lain, kejahatan internet (cyber crime) muncul bukan karena urusan perut yang lapar. Cuma karena iseng saja. Para cracker, virus maker dan carder bukanlah orang “gembel” yang kelaparan. Mereka suka tantangan yang baru.Menurut Sutanto, tindakan pembuatan virus yang merupakan bagian dari cyber crime, dilakukan oleh usia remaja yang masih produktif. Dalam bukunya yang berjudul “Cyber Crime”, Sutanto menegaskan bahwa kultur (lingkungan) mereka juga sangat jauh dari budaya anak jalanan. Jarang terlibat kenakalan remaja, berasal dari keluarga baik-baik dan terhormat, serta memiliki kecerdasan diatas rata-rata. Apakah motif kenakalan mereka karena karena ekonomi atau finansial? Pasti jawabannya tidak.
- Provokasi
Pepatah
arab mengatakan, “Kalau Anda ingin terkenal, kencingilah sumur
zam-zam”. Tampaknya Pepatah ini dilakukan oleh Maria Eva dengan video
adegan mesumnya. Waktu itu Maria Eva memang dikecam. Tapi disisi lain,
tawaran manggung dangdutnya makin membeludak.
Begitu
pun dengan Virus. Semakin populer dan sukar dibasmi, banyak orang yang
ingin mengetahui siapa pembuat virusnya. Ketika tertangkap, ditindak
dengan hukum yang berlaku, pasti diperebutkan berbagai pihak. Dani
Firman Syah, pembobolan KPU 2004 kini bekerja di Telkomsel. Captain Zap,
pelaku pembobolan lab BELL (AT&T) kini banyak membantu NYPD.
Virus
dan Hacker adalah dua kata yang tidak dapat dipisahkan. Kadangkala
Hacker butuh virus untuk memaksa memasuki sistem. Misalnya Trojan
Assassin, Netbus dan Trojan Optix. Dengan kata lain, hacker harus ramah
dengan virus. Virus bisa diibaratkan seperti dinamit bagi pekerja di
Pertambangan Batubara. Meski berbahaya, tapi sangat dibutuhkan. Selain
gratis, ternyata banyak juga virus yang diperjual-belikan (detik.com).
Hukum ekonomi berlaku disini. Ada permintaan, ada juga penawaran. Bukan
hal yang mustahil kalau suatu perusahaan mengebom pesaingnya dengan
virus.
Masih ingatkah dengan virus “I love you”? Menurut Brigadir Jendral Sutarman, Virus I love you dikabarkan memasuki 10 juta komputer di dunia. Beberapa negara maju, ikut merasakan dampak virus ini. Misalnya; Malaysia, Jerman, Belgia, Prancis, Belanda, Swedia, Hongkong dan Inggris, serta Amerika. Pengaruh I love you yang paling mencolok adalah rusaknya beberapa ATM di Belgia, terganggunya komunikasi The House of Common (Setingkat DPRD) di Inggris dan hilangnya beberapa e-mail di Kongres Amerika.
Masih ingatkah dengan virus “I love you”? Menurut Brigadir Jendral Sutarman, Virus I love you dikabarkan memasuki 10 juta komputer di dunia. Beberapa negara maju, ikut merasakan dampak virus ini. Misalnya; Malaysia, Jerman, Belgia, Prancis, Belanda, Swedia, Hongkong dan Inggris, serta Amerika. Pengaruh I love you yang paling mencolok adalah rusaknya beberapa ATM di Belgia, terganggunya komunikasi The House of Common (Setingkat DPRD) di Inggris dan hilangnya beberapa e-mail di Kongres Amerika.
0 komentar:
Post a Comment