X-Steel - Wait
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGANNYA DAN JANGAN LUPA TINGGALKAN KOMENTARNYA

Dec 26, 2012

Profesor memakai ponsel seharga 200Ribu

Saya terbelalak dan setengah tidak percaya ketika berjumpa dengan seorang guru besar di salah satu Universitas Negeri di Kota Padang. Tiba-tiba telepon selulernya berdering dan tahukah anda  bapak itu  menggunakan nokia 3315. ya saya sampai mengucek mata untuk memastikan bahwa ia benar-benar mengunakan telepon seluler generasi awal tersebut yang harganya saat ini sekitar Rp200 ribu.
Dengan percaya diri sang profesor tersebut mengatakan ini merupakan telepon genggam yang pertama kali dimilikinya sejak 2002. Hingga hari ini ia memutuskan  tidak menggantinya dengan yang baru karena masih bisa digunakan. Akhirnya saya menjadi malu untuk mengeluarkan handphone,  karena seorang profesor  jebolan Doktor di Jerman itu saja menggunakan gadget yang sangat sederhana.
Kita juga tentu mengenal Onno W Purbo salah seorang pakar IT yang nama dan kemampuanya tidak diragukan lagi. Ternyata mantan dosen ITB itu sehari-hari hanya menggunakan netbook dan telepon seluler Android merek lokal. Dia memilih  tidak menggunakan smartphone seperti kebanyakan orang Indonesia yang genit dengan gadget canggih teranyar.
Bukan berarti saya ingin menyalahkan  pengguna gadget keluaran terbaru yang saat ini menjadi bagian gaya hidup sebagian masyarakat. Kita tentu masih ingat  kasus terakhir  pada November 2011 di Pacific Place Sudirman Central Business Distric Jakarta Selatan, dimana tiga orang patah tulang dan 90 lainnya mendapat perawatan akibat luka dan pingsan demi memenuhi hasrat memiliki telepon seluler pabrikan Kanada.

Seorang teman yang sedang makan disebuah restoran bercerita di depannya ada satu keluarga yang hendak bersantap. Sembari menunggu hidangan, bapak sibuk dengan tabletnya, ibu memilih asyik dengan BBnya. Si Anak mengeluarkan notebook dan larut dengan browsing. Adiknya sibuk memencet layar telepon genggam. Ekspresi mereka ada yang tertawa, serius, namun tentu dengan gadget masing-masing. Bahkan untuk berkomunikasi antar sesama walaupun berada di tempat yang sama menggunakan gadget masing-masing.
Pada satu sisi kehadiran gadget terbaru sangat memudahkan dan membantu aktivitas sehari-hari.Dunia dalam genggaman ,demikian salah satu slogan yang dikampanyekan produsennya. Pada bagian lain, seseorang yang memiliki gadget terbaru akan menyandang status sosial yang lebih tinggi di masyarakat. Mereka adalah cerminan individu modern dan anti ketinggalan zaman. Selain itu status sosial ekonomi pemilik gadget jelas akan berada pada kelompok menengah keatas walau kadang harus memaksakan diri memilikinya.
Tetapi pada bagian lain terkadang gadget menyebabkan penggunanya autis dan tidak peka dengan dunia di sekelilingnya karena sibuk dengan peralatan canggih itu. Prilaku bertegur sapa menjadi minim bahkan membuat individu menjadi asosial (cuek) dengan sesama.
Dalam ilmu sosial ada istilah yang disebuat anomie, dimana perkembangan teknologi tidak diikuti dengan kemajuan budaya sehinggga terjadilah fenomena yang disebut dengan shock kulture. Ada banyak orang yang menggunakan piranti IT terbaru tanpa mereka paham fungsi dan kegunaanya. Akhirnya sekadar gaya-gayaan dan harga yang dikeluarkan untuk memilikinya terkadang tidak sebanding dengan manfaat yang diperoleh.
Seorang Ibu mau membelikan anaknya  yang masih SD   Blackberry agar bisa BBMan ria dengan teman-temannya.  Saat barang canggih itu disita pihak sekolah karena tertangkap tangan dipakai ketika sedang belajar, ibu itu beralasan agar anaknya semakin rajin belajar. Pertanyaanya seberapa penting BB bagi pelajar Sekolah Dasar untuk menunjang prestasi belajar ?.
Menurut Talcott Parson salah satu karakter masyarakat modern adalah efektif. Artinya segala prilaku dan tindak-tandukny tepat sasaran dan tidak ada yang sia-sia. Menjadi pengguna gadget yang cerdas dan efisien merupakan  bagian dari masyarakat modern dimana menggunakannya sesuai dengan kebutuhan dan kemanfaatan  tanpa harus memaksakan diri ikut-ikutan dengan yang lain.

0 komentar:

Post a Comment